Gambar: Ilustrasi dari tiga tingkatan peradaban dalam skala Kardashev, diukur berdasarkan konsumsi energi. (Wikimedia). [1]
Pernahkah Anda mendengar tentang Skala Kardashev (Kardashev Scale)?
Kardashev Scale (Skala Kardashev) adalah skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu peradaban di alam semesta berdasarkan jumlah energi yang dapat mereka manfaatkan/gunakan. Skala ini diusulkan pertama kali oleh seorang ahli astrofisika Rusia Nikolai Kardashev pada tahun 1964 dalam sebuah artikel yang berjudul “Transmission of Information by Extraterrestrial Civilizations” (Transmisi Informasi oleh Peradaban Ekstraterestrial).
Ketika para ilmuwan meneliti suatu peradaban, mereka mendasarkan pengukuran mereka pada satu hal: jumlah energi yang mereka konsumsi. Pengukuran inilah yang diusulkan oleh Kardashev. Skala ini bersifat hipotetis dan mengacu pada konsumsi energi dalam skala kosmik. Pada awalnya, Kardashev mengusulkan tiga tingkatan peradaban:
Peradaban Tipe I, adalah peradaban planet (planetary civilization). Mereka mampu mengakses dan mengumpulkan seluruh energi yang tersedia di planet mereka. Jumlah energi yang dapat mereka gunakan sekitar 10¹⁶ atau 10¹⁷ watt. Energi yang tersedia di Bumi sendiri diperkirakan sekitar 1.74 ×10¹⁷ W (174 peta watt). Apabila manusia telah mencapai tingkat peradaban ini, mereka akan mampu mengendalikan pangan global, bencana alam, bahkan cuaca.
Peradaban Tipe II adalah peradaban bintang (stellar civilization). Mereka mampu secara langsung mengonsumsi energi yang dipancarkan suatu bintang, kemungkinan besar menggunakan Bola Dyson. Jumlah energi yang mereka konsumsi sekitar 10²⁶ watt. Energi dari Matahari sendiri diperkirakan sebesar 3.86 ×10²⁶ W. Di tingkat ini, manusia akan membangun peradaban antar-planet dan mendirikan koloni di Mars dan Venus yang telah di teraformasi, juga di satelit-satelit alami di tata surya. Pembangunan bola Dyson di sekitar Matahari diperkirakan akan menggunakan metode Dyson Swarm yang lebih efisien dan hemat sumber daya.
Peradaban Tipe III adalah peradaban galaksi (galactic civilization). Mereka mampu mengumpulkan seluruh energi yang dihasilkan oleh galaksinya, termasuk miliaran bintang, lubang hitam, supernova, dll. Jumlah energi yang mereka konsumsi sekitar 10³⁶ atau 10³⁷ watt. Perkiraan ini sangat beragam, karena ukuran galaksi di alam semesta berbeda-beda. Untuk galaksi Bima Sakti sendiri, perkiraannya adalah 4 ×10³⁷ watt.
Setiap peradaban dipisahkan dengan faktor sepuluh miliar. Yang artinya, energi yang dikonsumsi peradaban Tipe III (10³⁶ watt) sepuluh miliar kali lebih banyak dari energi yang dapat dikonsumsi oleh peradaban Tipe II (10²⁶ watt) karena setidaknya ada 10 miliar bintang atau lebih di dalam satu galaksi. Yang mana kemudian, peradaban Tipe II akan mengonsumsi energi sepuluh miliar kali lebih banyak dari peradaban Tipe I (10¹⁶ watt).
Skala asli yang dirumuskan oleh Kardashev hanya berisi tiga tingkatan peradaban. Akan tetapi, para ilmuwan telah mengembangkan lebih lanjut teori ini dan menambahkan tipe baru yang belum didefinisikan oleh Kardashev. Diantaranya adalah:
Peradaban Tipe 0, yaitu peradaban sebelum Tipe I. Peradaban ini mengendalikan daya sebesar 1 megawatt, yang setara dengan menyalakan 100 api unggun pada waktu bersamaan.
Peradaban Tipe IV, adalah peradaban intergalaksi (intergalactic civilization). Peradaban ini mampu memanfaatkan energi dari galaksi lain. Hal ini juga berarti mereka telah berhasil mengolonisasi lebih dari satu galaksi dan membangun peradaban antar-galaksi. Astronom dan fisikawan Carl Sagan memperkirakan konsumsi energi peradaban ini sebesar 10⁴⁶ watt. Peradaban Tipe IV yang lebih maju akan mampu memanfaatkan energi dari keseluruhan alam semesta, atau disebut juga ‘peradaban semesta’ (universal civilization).
Peradaban Tipe V, adalah peradaban multi-semesta (multiversal civilization). Yaitu peradaban yang mampu memanfaatkan dan mengendalikan energi dari lebih dari satu alam semesta. Perkiraan konsumsi energinya adalah 10⁵⁶ watt menurut Carl Sagan. Dalam beberapa varian skala Kardashev, peradaban ini hanya disebut ‘seperti dewa’ dan tidak didefinisikan sama sekali, karena nyaris mustahil bagi manusia untuk membayangkan seperti apa sebenarnya peradaban ini.
Baca juga: Menangkap Seluruh Energi Bintang dengan Bola Dyson
Lantas berada di tingkat manakah peradaban umat manusia saat ini?
Berdasarkan skala ini, peradaban umat manusia hari ini bahkan belum mencapai Tipe I, meskipun kita terus mendekatinya. Carl Sagan merinci lebih dalam lagi skala ini, dan mencoba mendapatkan perkiraan pasti mengenai tingkatan peradaban manusia. Hasil perhitungannya menunjukkan bahwa manusia berada di tingkatan 0.7 (tahun 1973). Pada tahun 2021, konsumsi energi rata-rata global berada di angka 18.87 ×10¹² watt, setara dengan peringkat 0.73 dalam skala Kardashev.
Gambar: Proyeksi skala Kardashev hingga tahun 2040 berdasarkan data dari International Energy Agency World Energy Outlook.
Dengan asumsi tingkat pertumbuhan konsumsi energi sebesar 1% per tahun, Kardashev percaya bahwa manusia akan membutuhkan waktu 3.200 tahun untuk mencapai peradaban Tipe II, dan 5.800 tahun untuk Tipe III. Di sisi lain, fisikawan Amerika Dr. Michio Kaku percaya dengan meningkatkan konsumsi energi rata-rata sebesar 3% per tahun, manusia akan mampu mencapai peradaban Tipe I dalam 100-200 tahun, Tipe II dalam beberapa ribu tahun, dan Tipe III dalam 100.000 hingga satu juta tahun.
Menurut Carl Sagan, Tipe I akan tercapai sekitar tahun 2100. Sementara fisikawan Freeman Dyson (yang mempopulerkan konsep Bola Dyson) menghitung bahwa Tipe I akan tercapai dalam waktu sekitar 200 tahun.
Demikian penjelasan singkat mengenai skala Kardashev. Sejauh ini, para astronom telah berusaha melakukan pencarian terhadap peradaban lain di antariksa, diantaranya dengan mencari bola Dyson yang menandai keberadaan peradaban Tipe II dan meneliti pusat galaksi untuk mencari tanda keberadaan peradaban Tipe III. Tetapi sebagaimana usaha pencarian kehidupan ekstraterestrial lainnya, hasilnya nihil. Mungkin memang belum ada peradaban selain manusia di galaksi Bima Sakti ini, atau mereka memang ada namun berada di galaksi lain dan teknologi kita belum mampu mendeteksi keberadaan mereka. Kemungkinan lain, Hipotesis Hutan Gelap memang benar adanya.
Semoga bermanfaat!
Baca juga: Hipotesis Hutan Gelap: Mengapa Alam Semesta Begitu Sunyi?
[1]:
Indif, Consommations énergétiques des trois types de l'échelle de
Kardashev, CC BY-SA 3.0
Sumber: Fandom, dll.