photo by Danka & Peter
Halo sahabat kelana, mendaki gunung bukan menjadi alasan bagi
seorang muslim untuk meninggalkan shalat. Meski saat di gunung tidak terdengan
suara adzan atau tidak tau arah kiblat. Namun, bagi seorang muslim dimanapun
dan kapanpun ia wajib untuk melaksanakan shalat.
Kalau kata pepatah, “Jangan ngaku
pecinta alam, kalau enggak taat sama Sang Pencipta Alam”. Memang ada benarnya
pepatah di atas. Salah satu bentuk ketaatan kita kepada Sang Pencipta Alam, ya
shalat. Dengan itulah kami akan sedikit memberi penjelasan bagaimana cara
shalat di gunung.
1.
Shalat
Dengan Cara Jamak dan Qashar
Inilah cara ampuh yang dilakukan oleh pendaki gunung atau para
traveler, shalat dengan jamak dan qashar. Apa itu jamak dan qashar?
Jamak adalah menggabungkan dua shalat dalam satu waktu. Misal,
ketika telah tiba waktu shalat dhuhur, maka teman-teman bisa melakukan shalat
dhuhur dan ashar di satu waktu tersebut. Baik di waktu dhuhur ataupun ashar.
Begitu juga waktu shalat maghrib dan isya. Kalau shalat subuh gak bisa yaaa..
Sedangkan qashar adalah adalah meringkasi empat rekaat shalat
menjadi dua rekaat shalat saja. Ini berlaku pada shalat dhuhur, ashar dan isya.
Adapun shalat maghrib dan subuh tidak bisa dilaksanakan shalat secara qashar.
Bagaimana ampuh tidak? Dengan itu bisa tambah efisien lagi waktunya bukan.
2.
Menentukan
Kiblat.
Ada banyak cara dalam menentukan kiblat saat berada di gunung,
mulai dari dengan kompas, matahari dan lumut hutan pun bisa digunakan untuk
melihat waktu shalat.
Melihat Kompas
Untuk alat pertama adalah kompas.
Bagi para pecinta alam tidak asing lagi dengan kompas. Kompas yang paling mudah
digunakan, ya Kompas Arah Kiblat yang tersedia di toko-toko adveture.
Matahari
Cara selanjutnya adalah dengan
melihat matahari. Ini cara yang paling mudah menentukan kiblat, ini digunakan
apabila hutan gunung tidak rindang nan lebat. Kalau lebat pepohonan bagaimana
bisa cara matahari sampai kepada kita. Caranya tinggal lihat bayangan kita
berada di mana pada waktu itu.
Lumut
Nah ini yang menarik. Apabila hutan
sangat lebat dan saat itu tidak membawa
kompas, maka cara terakhir untuk menentukan kiblat adalah dengan melihat lumut
di pepohanan. Apabila lumut berada di sisi pohon atau bebatuan, maka dipastikan
itu bagian timur. Hal ini karena matahari di pagi menyinari sisi pohon
tersebut, dan ia akan lembab di malam hari.
3.
Menentukan
waktu shalat
Banyak cara dalam menentukan waktu shalat. Bisa dengan melihat jam
atau android. Tidak mungkin satu rombongan tidak ada yang membawa jam tangan
atau androi. Kalau itu terjadi, bisa dengan melihat matahari. Tinggal lihat
bayangan tubuh kita.
4.
Bersuci
Untuk masalah bersuci, apabila saat itu tidak kekurangan air dan
banyak air melimpah, maka ia harus bersuci dengan berwudhu. Berbeda dengan
kalau ia tidak mempunyai air atau punya air yang sangat cukup untuk kebutuhan
ia selama di gunung, maka ia boleh bersuci dengan tayamum.
Kalau ada pertanyaan, apakah kalau shalat harus ganti baju dulu?
Jawabannya adalah, tidak perlu ganti. Bisa memakai baju yang digunakan untuk
mendaki saat itu. kalau berkeringat gimana dan sepatunya kotor. Keringat
bukanlah najis, jadi tak mengapa shalat dengan baju basah karena keringat.
Untuk sepatu kotor, kalau diyakini tidak menginjak kotoran maka tidak mengapa
shalat dengan menggunakan sepatu. Saat ia berwudhu pun tidak mengapa sepatunya
tidak dilepas, cukup diusap dengan air sepatunya.
Jadi ingat, tidak ada alasan lagi untuk seorang muslim untuk
meninggalkan shalat. Bukannya islam itu agama yang mudah, jadi tidak perlu
dipersulit.